Selasa, 03 Juli 2012

WANITA CANTIK DAN SHOLEHAH (Mengenang hari Kartini)

oleh Yulima Ozeni Yusnita, S.Ag: “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah.” (HR. Ibnu Majah) Setiap tanggal 21 April di setiap daerah di Indonesia, di kantor-kantor ataupun sekolah-sekolah disibukkan dengan kegiatan-kegiatan perlombaan untuk memperingati hari Kartini, salah seorang pejuang nasional “pembebas “kaum wanita. Mulai dari anak-anak sampai perlombaan untuk orang dewasa. Peragaan busana kebaya lengkap dengan konde di kepala, sambil berlenggak-lenggok di atas pentas, mereka bergaya bak Kartini muda. Itu di antara perlombaan yang kerap diadakan. Kartini sebagai pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita, memperjuangkan bagaimana wanita bisa bebas dari kebodohan, punya hak yang sama dalam pendidikan. Ini semua bisa dengan tuntas kita baca dalam kumpulan surat-surat Kartini kepada kawannya, yang kemudian dibukukan dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Apapun yang dilakukan oleh Kartini, ia sebenarnya hanya sedikit meneruskan apa yang telah diperjuangkan oleh Nabi Muhammad Saw ... 14 abad yang silam. Wanita di masa sebelum Islam hanya menjadi budak pemuas nafsu, dijajah, dihina dan disamakan dengan syetan (karena telah ikut membujuk Adam untuk memakan buah khuldi sehingga mereka dikeluarkan dari syurga oleh Allah SWT). Wanita tidak mendapat haknya, malah disamakan dengan barang sehingga bisa diwariskan dan diperjual belikan. Di tanah Arab, banyak ayah akan malu bila istrinya melahirkan anak perempuan, sehingga mereka akan tega mengubur anaknya hidup-hidup. Lalu ketika agama Islam datang yang dibawa oleh manusia pilihan Nabi Muhammad, kedudukan wanita diangkat dan dimuliakan. Hal ini bisa kita lihat dalam beberapa haditsnya: “Sesungguhnya Allah mengharamkan padamu durhaka kepada ibu dan mengubur hidup-hidup anak perempuan.” (HR Bukhari) “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw sambil bertanya: “Ya Rasulullah, siapa gerangan yang paling berhak aku pergauli dengan baik? “ Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa? “Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?“ Beliau menjawab: “Bapakmu.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah) “Sesungguhnya syurga itu di bawah kedua kaki ibu.” (HR.An-Nasai dari Mu’awiyah bin Juhaimah Al-Sulami) Kemudian di dalam Al-Qur’an, Allah membuat khusus dalam salah satu surah-Nya yaitu surat An-Nisa’, yang memuat di antaranya tentang pembagian warisan yang menjadi hak wanita. Lihatlah! Betapa agungnya Islam yang memuliakan wanita, saudara kandung laki-laki. Wanita diberikan hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam beribadah kepada Allah dan beramal sholeh, sehingga dijanjikan pahala yang sama-sama dengan laki-laki yang juga bertakwa dan beramal sholeh. “Siapa yang melakukan perbuatan yang baik, dari laki-laki dan wanita, dan dia itu beriman, niscaya Kami akan memberinya kehidupan yang baik, dan akan Kami balas mereka dengan pahala yang baik sebaik apa yang pernah mereka lakukan.” (QS.An-Nahl:97). Wanita di masa Rasulullah juga ikut dalam majelis ilmu yang diadakan oleh Rasulullah. Mereka tidak segan-segan juga bertanya tentang permasalahan agama yang tidak mereka pahami. Begitulah posisi wanita yang telah diangkat dan dimuliakan oleh Islam. Apapun posisi dan kedudukan seorang wanita dalam pekerjaannya jangan sampai membuat fitrah kewanitaannya berkurang. Emansipasi yang digaungkan oleh yang bukan Islam, banyak membuat wanita kehilangan fitrah dan jati dirinya. Karena bagaimanapun seorang wanita sebagai seorang hamba Allah, dia punya hak dan kewajiban kepada Allah. Wanita juga ketika sebagai seorang istri, walaupun ketika dia bekerja, gaji atau posisinya lebih tinggi dari suaminya, tidaklah membuat wanita berubah menjadi pemimpin dalam rumah tangganya. Dia tetap harus memenuhi hak dan kewajiban sebagai seorang istri. Karena bagaimanapun kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan kaum laki-laki terhadap kaum wanita ( baca selengkapnya di QS.An-Nisa’ ayat 34). Wanita dengan segala kelebihan dan kekurangannya juga adalah seorang ibu bagi anak-anaknya. Wanita adalah perhiasan dunia, yang indah, menyilaukan dan melenakan siapapun yang melihatnya. Siapapun ingin menjadi wanita cantik yang mempesona. Sehingga banyak yang merubah penampilan aslinya. Yang kulit hitam berusaha memutihkan kulitnya dengan kosmetik pemutih, yang pesek ingin mancung, yang gemuk melangsingkan tubuhnya dan sebagainya. Karena dalam dunia iklan digambarkan yang cantik itu hanya yang berkulit putih, rambut digerai, tubuh semampai dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan wanita yang diberi Allah kulit yang hitam atau yang gemuk atau yang wajahnya biasa-biasa saja? Tak pantaskah ia diperhatikan? Tentulah tidak! Karena kecantikan bukan hanya yang terpancar secara lahir saja, kecantikan yang sebenarnya apa yang terpancar dari dalam batin seorang wanita. Lalu bagaimana caranya agar seorang wanita bisa cantik batinnya? Yang pertama: Harus mempunyai keimanan yang tinggi kepada Allah. Berusaha untuk selalu mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Wanita yang senantiasa mencuci mukanya dengan air wudhu’ dan selalu memakai pakaian taqwa. Kedua: Mempunyai sifat sabar, penyayang dan mempunyai sifat malu Ketiga: Mempunyai kecerdasan bukan hanya IQ tapi juga kecerdasan Spritual dan kecerdasan emosional. Keempat: Wanita yang selalu menjaga kehormatan dirinya. Memperingati hari Kartini tidaklah salah, namun jangan sampai setiap tahun kita hanya memperingati tanpa kesan untuk meneladani semangat Kartini. Menjadi wanita yang cantik lahir batin juga sholehah harus menjadi cita-cita setiap wanita. Karena wanita adalah tiang Negara, bila baik wanitanya maka baiklah bangsa dan negaranya. Wallahu’a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar